Ini lah 15 Kandidat Film Terbaik 2019 yang Wajib Kamu Tonton

ANGKASA BOLA – Ini lah 15 Kandidat Film Terbaik 2019 yang Wajib Kamu Tonton

Nggak terasa sebentar lagi tahun 2019 bakal berganti jadi tahun 2020. Biarpun 2019 masih tersisa sekitar dua bulan lagi, banyak banget film-film keren yang rilis antara bulan Januari sampa Oktober ini. Dan berdasarkan pengalaman pribadi, waktu dua bulan itu bisa terasa sebentar, tapi juga bisa terasa lama banget.

ANGKASA BOLA
Ini lah 15 Kandidat Film Terbaik 2019 yang Wajib Kamu Tonton

Jadi daripada kita nunggu sampai akhir thaun, nggak ada salahnya kalau kita nyicil sedikit-sedikit buat nonton film seru yang udah rilis selama 10 bulan belakangan. Apa saya betul?

Kami di Selipan udah bikin daftar 15 film terbaik 2019 sejauh ini. Sekedar catatan, jumlah film di daftarkan ini masih berpotensi untuk bertambah saat akhir tahun nanti. Bahkan masih banyak film seru yang sudah rilis diluar negri, tapi masih belum dirilis di Indonesia, seperti For Sama, The Farewell, dan Monos. Saat saya cari di situs-situs tertentu ( kamu pasti tahu lah situs yang saya maksud), film-film itu pun masih belum tersedia. Maka dari itu, untuk sementara nikmati saja dulu 15 film ini.

1. Us

Sutradara Jordan Peele yang sempat menghentak dunia lewat Get Out kembali menawarkan kita satu sajian horor yang sarat dengan kritik sosial. Dengan mengusung judul Us, kali ini Peele mengajak kita untuk menyelami horor dari doppelganger.

Saat menonton film ini, nggak tahu kenapa saya jadi teringat sama episode-episode klasik serial The Twulight Zone(yeah, saya suka nonton episode jadul yang, warnanya masih hitam putih itu). Di beberapa kesempatan saya dibikin sangat nggak nyaman karena atmosfernya yang disturbing. Tapi di sisi lain nggak jarang juga saya dibikin cekikikan karena, well, keanehan yang ada di dalamnya.

Satu lagi, permulaan film ini kelihatan kayak home invasion. Tapi jaringan berharap kamu cuma bakal nonton film home invasion biasa. Us lebih dari itu. Ini film mengundang penontonya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang sifat dasar manusia.

2. Jhon Wick 3: Parabellum

Kamu punya teman yang sering bertingkah laku konyol, dan ia sendiri sadar betul sama kekonyolanya itu? Alih-alih berlagak cool, teman kamu itu malah memanfaatkan kekonyolannya untuk mendapat perhatian orang lain. Dan ajaibnya, orang-orang menyukainya.

Kalau mau dianalogikan, Jhon Wick 3 mirip teman kamu yang konyol itu. Ceritanya konyol, karakter-karakternya konyol, nama-nama karakternya pun ada yang konyol. Bahkan sebagai film action, nggak jarangan adegannya aksi dieksekusi dengan cara absurd pula.

Menunggang kuda di jalanan Kota New York? Saya sampai ketawa ngakak saat ligan adengan ini. Tapi mungkin kekonyolan sederhana itulah yang jadi ciri khas dan daya tarik dari setiap seri Jhon Wick, nggak terkecuali seri ketiganya ini. Dan jangan lupakan juga, sisi aksinya pun layak mengundang decak kagum. Jangan pernah berubah, John, Tetaplah seperti itu.

3. Toy Story 4

Satu harapan saya, semoga Pixar nggak bikil lagi sekuel dari Toy Story. Biarkan seri keempatnya jadi film terakhir deh. Kecuali.. Kalau Pixar sanggup melanjutkan petualangan Woody dkk. dengan lebih emosional di Toy Story 5.

Yup, film ini punya makna lumanan besar buat mereka yang tumbuh besar di era 90-an. Tapi Toy Story 4 tentu nggak akan mengundang banyak pujian kalau hanya mengandalkan nostalgia doang’kan? Coba kamu tanya ke diri sendiri, apa kamu dibuat bosan saat menontonya?

Saya yakin jawabannya nggak. Sedari film pertamanya sampai seri yang keempat ini, Pixar masih sanggup membuat karya yang menghibur lewat lelucon-lelucon jenakannya, penambahan karakter baru yang gampang kita sukai, sekaligus isu filosofis yang disisipkan secara implisit.

4. Shazam

Jika Marvel punya Deadpool, DC punya superhero ke kanak-kanakan dalam diri Shazam! Well, dimata saya, ia nggak sekonyol Deadpool sih. Tapi hadirnya Shazam! membuktikan kalau film superhero DC bisa dibawa kearah yang lebih ringan.

Meskipun Shazam! merupakan contoh pahawalan super yang punya keunikan tersendiri dibandingkan mayoritas superhero DC, berkat film ini saya jadi berharap semoga Warwer Bros. Dan DC mau memproduksi lebih banyak film superhero yang bernuansa mirip kaya Shazam!

5. Pokemon : Detective Pikachu

Saya pernah menulis artikel yang membahas tentang, kenapa banyak film adaptasi vidio game yang berakhir mengecewakan? Detective Pikachu jelas merupakan pengecualian. Saya mesti angkat topi terhadap cara film ini diarahkan.

Ceritanya memang nggak terlalu berat buat dicerna, karena memang film ini ditunjukan buat ramah keluarga. Tapi yang paling bikin saya nggak nyangka, kisahnya mengandung twist yang diramu dengan cukcup meyakinkan. Walaupun sayangnya, cara penceritaan dan struktur plot secara keseluruhan cenderung kurang rapi.

Tapi Hey, ini film tentang Pokemon, bukan biografi Einstein. Terlepas dari kekurangannya, beberapa kali saya nggak sadar terbawa suasana saat mentengin layar. Dilihat dari sisi hiburannya, Detective Pikachu idah lebih dari memuaskan.

6. Advengers : Endgame

Kalau nggak dieksekusi dengan apik, film yang durasinya lama itu bisa sangat membosankan buat di tonton. Tapi dengan durasinya yang lebih dari 3 jam, Avenger: Endgame sanggup membuat banyak penonton rela menahan pipis dibioskop.

Apa aja poin keunggulan dari Endgame, itu nggak bakalan muat kalau ditulis di artikel listicle kayak gini. Bila kamu baca opini singkat kami tentang Advenger: Endgame.

Hey, saya sendiri jadi pengin nonton lagi nih, tapi saya yakin, kamu yang udah nonton pun nggak bakalan bosan kalau nonton ulang Endgame. Ini film memang layak ditonton beberapa kali pun.

7. Spider-Man: Far From Home

Dibandingkan The Amazing Spider-Man yang dibintangi Andrew Garfield, Spider-Man: Far From Home jauh lebih amazing. Oke, katanya sih, membanging-bandingkan dengan hal yang lain tuh bukan perbuatan bagus kan. Jadi mari kita pandang film ini sebagai film yang beridir sendiri.

Tapi, yaah sebagai film yang berdiri sendiri pun, Spider-Man: Far From Home tetap amazing. Semuanya kelihatan seimbang dalam artian yang positif: mulai dari pengebangan ceritanya yang jadi pembuka pasca- End Game, akting para aktornya dan chemistry yang terjalin di antara mereka, humor-humor ala Spider-Man versi komik yang diaplikasikan dengan baik, Jake Gyllenhaal sebagai Mysterio, dan twist mengejukan di bagian ending.

7. Once Upon a Time

Komedi gelap, kebrutalan yang berlebihan, tragedi, isu kontroversial, semua itu berbaur menjadi satu film kesepuluh dari Quentin Tarantino ini. Walaupun memang hampir sama film Tarantino pasti mengandung unsur-unsur itu sih.

Mengambil setting di tahun 60-an, One Upon a Time.. in Hollywood menggambarkan bagaimana budaya pop pada masa itu memengaruhi pola pikir individu, khususnya di industri perfilman. Keluarga Manson yang jadi salah satu inspirasi dan bahan untuk film ini (dan juga cara Tarantino menggambarkannya) patut mendapatkan perhatian lebih. Karena merekalah yang bakal jadi kunci dari bagian klimaksnya yang gila.

Satu poin tambahan: tanpa bermaksud melebih-lebihkab, akting dari duet Leonardo DiCaprio dan Brad Pitt benar-benar mengagumkan di film ini.

9. Parasite

Film ini nyaris tanpa cela, kalau nggak bisa disebut sempurna. Jika nggak ada lagi film yang lebih keren di sisa tahun 2019 ini, bakalan mudah budat saya untuk menjatuhkan pilihan film terbaik 2019. Tanpa ragu saya bakal memilih Parasite.

Diseparuh awal durasi, nggak terhitung beberapa kali saya dibikin ketawa terpingkal-pingkal oleh sajian komedi gelap dari anggota keluarga Kim. Tapi apa yang paling mengena dari film ini adalah kritik pedasnya terhadap ketnpangan sosial. Dalam sistem kapitalistik yang mendominasi dunia saat ini, seringkali tindakan kriminal yang dilakukan seorang memang bersumber dari kondisi hidupnya uang diliputi kemiskinan.

Dan lewat Parasite, sutradara Bong Joon-Ho melemparkan realitas kelam dari masyarakat kita yang terbagi-bagi ke dalam kelas sosial.. dengan cara yang sangat menohok sekaligus elegan.

Saya nggak pernah kasih skor untuk menilai film (karena saya merasa diri bukan kritikus film profesional ini) Tapi khusus untuk Parasite, sayang pingin membuat pengecualian. Film ini layak banget buat dapat skor 10 dari total skor 10.

10. Midsommar

Kalau mau diringkas, Midsommar itu punya kemiripan yang kental dengan film Ari Aster sebelumnya, Hereditary. Salah satunya, mereka sama-sama melibatkan sekte.

Midsommar sendiri bukanlah film horor yang mengandalkan jumscare atau penampakan hantu yang wujudnya, gimana gitu. Ia lebih memilih untuk memancing rasa takut dalam diri pononton dengan cara mempermainkan sisi psikologis kita, membuat kita merasa sangat nggak nyaman saat memandangi layar.

Ini juga bukan film horor yang bisa bikin semua orang terkesan , sekalipun orang itu pada dasarnya merupakan pecinta horor. Tapi Midsommar punya kualitas yang bisa bikin ia berpotensi besar jadi salah satu karya horor klasik.

11. Booksmart

Olivia Wikde menunaikan tugasnya dengan baik dalam debutnya sebagai sutradara. Ia mampu memberi kita film komedi yang memandang beneran lucu dan cerdas. Dan ia melakukanya lewat film bertema Anak SMA, tema yang udah sering banget dipakai genre komedi.

Kalau kita menilik gendre komedi secara keseluruhan, Booksmart memang kurang menampilkan sesuatu yang baru. Tapi buat kamu yang lagi butuh hiburan, film ini wajib jadi pilihan utama.

Kalau kamu termasuk tipe orang yang selama ini selalu fokus belajar, sampai lupa caranya bersenang-senang , mungkin kamu bakal lebih merasa terhubung sama apa yang dialami oleh Molly dan Amy.

12. The Last Black Man in San Fransisco

Apa pesan moral yang pengin disampaikan oleh The Last Black Man in San Fransisco? Mungkin yang paling kentara adalah kisah tentang persahabatan yang di wakili oleh dau karakter utamanya, Jimmie Fails dan Montgomery.

Tapi saya merasakan sesuatu yang lebih dalam dari film ini, sesuatu yang berhubungan dengan pencarian tujuan hidup, sudut pandang orang kulit hitam di Amerika, dan bagaimana sejarah serta lingkungan bisa memengaruhi pola pikir seseorang. Contoh yang paling bagus bisa kamu lihat dari obsesi Jimmie untuk mengambil alih kembali rumah yang dibangun kakeknya. Tapi begitu kamu lihat gimana ujung dari perjuangan Jimmie, beuh.. rasanya sedih nggak terkira. menusuk ulu hati banget.

13. The Art of Self-Defense

Mungkin sebagian besar pria di planet bumi yang tercinta ini masih menganggap kekuatan adalah kunci agar cowok bisa di sebut maskulin. Apa? Kamu juga termasuk orang yang berpikran kayak begitu?

Tunggu dulu.. baiknya kamu tonton The Art of Selft-Defense. Ini adalah film satir yang menyindir habis-habisan, bahkan seakan menertawai, pandangan tradisional soal maskulintas. Dan saya harus bilang, caranya dalam menyindir beneran kocak banget.

Jesse Einsenberg sekali lagi memerankan karakter pria culun penakut yang kemudian berkembang mengalahkan kelemahan dirinya. Dan ia kayaknya memang lebih bisa mengeluarkan potensinya saat memerankan karakter seperti itu deh, seperti dilakukannya di film Zombieland.

14. Crawl

Sebagai penikmat genre horor dan thriller, saya mengagumi film High Tension besutan sutradara asal Prancis, Alexander Aja. Tapi saya juga nggak menyangka ia bisa membuat film sepert Crawl – yang menceritakan teror serangan aligator – jadi begitu menegangkan. Maklum, saya masih teringat sama Piranha 3D film horor yang juga disutradarai Aja, tapi lebih kelihatan kayak film horor kelas B.

Crawl sebenarnya dibangun dnegan simple banget. Ceritanya berpusat pada ayah dan anak berusaha bertahan hidup dari terkaman gigi tajam aligator. Tapi kesederhanaan itu nyatanya mampu menumbuhkan rasa simpati saat saya melihat perjuangan Haley sang karakter utama. Keputusan untuk memutuskan fokus pada hubungan dua orang manusia dan sekelompok aligator terbukti sangat jitu, meskipun sulit memungkiri performa brilian kaya Scodelario yang memerankan Harley jadi penggerak utama intensitas film.

15. El Camino : A Breaking

Sangat nggak disarankan untuk nonton El Camino tanpa terlebih dahulu nonton serial TV orisinalnya, Breaking Bad. Ini film yang berfungsi sebagai sekuel dari salah satu serial TV oterbaik sepanjang masa tersebut.

Selayaknya Breaking Bad, alur dari El Camino cenderung lambat. Saya nggak akan terkejut kalau ada penonton yang dibikin bosan oleh film ini. Tapi sekali lagi, keistimewaan El Camino nggak akan bisa terlihat jika kamu nggak tahu apa pun tentang Breaking Bad.

Sebutlah itu karena faktor nostalgia, atau akting luar biasa dari Aaron Paul, atau sentuhan magis dari sang krator sekaligus sutradaranya, VInce Gillingan, El, Camino pasti bakal bikin semua penggila Breaking Bad kegirangan.

BACA JUGA : Cantiknya Seperti Karakter Anime Pengantar Makanan Ini Viral

ikuti terus berita terupdate seputar dunia sepak bola jadwal bola dan prediksi jitu bersama ANGKASABOLA.

ANGKASABOLA adalah AGEN TARUHAN BOLA terbesar Saat ini di Indonesia yang sudah tidak diragukan lagi. Dalam hal melayani dan membantu masalah yang dihadapi member dalam hal pembuatan akun dan masalah games

Hanya dengan 1 User ID anda bisa bermain semua game, buruan daftar di ANGKASABOLA.
Berikut HOT PROMO Yang Masih Berlaku Di Angkasa Bola, Antara Lain

– Bonus Deposit 10% untuk Member Baru (Maksimal Bonus 100,000) Minimal TO 2x
– Bonus Deposit Harian 10% (Maksimal Bonus 100,000) Minimal TO 2x
– Bonus Cashback Mingguan Di Sportbook 5% – 15%
– Bonus Refrensi 2,5% Seumur Hidup Di Permainan Sportbook
– Bonus Rollingan Casino 0.8%

Diskon Togel :
Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.5.00% , 2D : 29.5.00%
Kombinasi = 5%
Shio = 12%
Colok Angka (1A) = 5%
Colok Macau (2A) = 15%
Colok Naga (3A) = 15%
Colok Jitu = 8%

Link Alternatif :
– bosangkasabola.blogspot.com
– www.vipbola88.org
– www.vipbola88.net
– angkasabola.casino

Versi Mobile :
– mobile.angkasabola.com

Hubungi Kami di :
Layanan 24Jam Online :
WA : +855 96 826 9586
IG : AngkasaBolaOnline
FB : Curhat Parlay

Support By : ANGKASA BOLA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *